Pacitan- Semua orang tentu mengingingkan di akhir kehidupanya bisa mendapat predikat husnul khotimah. Namun terdapat lima golongan manusia yang akan menemui ajal dalam keadaan buruk atau su’ul khotimah.
“Lima golongan itu ialah orang yang melalaikan sholat lima waktu, orang yang gemar meminum minuman keras. Selanjutnya anak yang durhaka kepada orang tuanya, keempat ialah orang yang tidak menerapkan akhlak terpuji kepada orang lain, dan yang terakhir ialah orang yang masih melakukan dosa besar namun tidak mau bertobat,” katanya.
Hal itu dijelaskan Ustadz Nizar Bastari saat menyampaikan ceramah pada acara halalbihalal keluarga besar RT. 01/RW. 17 Dusun Pakis, Desa Punung, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Sabtu (7/5).
Penceramah yang merupakan Alumni Pondok Tremas tahun 2009 itu mengatakan disaat seseorang merasa memiliki sesuatu, disaat itu pula akan kehilangan sesuatu.
Ia mengingatkan nahdliyin bahwa kehidupan manusia di dunia sama halnya dengan anak kecil yang memiliki mainan. Disaat mainan baru datang ia merasa bahagia, namun disaat mainan itu sudah hilang atau bahkan rusak maka ia akan sedih.
“Sama halnya dengan kelahiran dan kematian manusia di dunia ini. Kelahiran disambut dengan suka cita, namun kematian manusia diiringi dengan tangis kesedihan. Hal tersebut menjadikan kita belajar dan saling memberi pengetahuan sesama makhluk hidup. Kesedihan yang mendalam hanya milik mereka yang sangat merasa memiliki dan tidak ingin meninggalkan atau ditinggalkan,” jelas Ketua Ranting Nahdlatul Ulama (NU) Desa Sidomulyo, Kecamatan Kebonagung, Pacitan tersebut.
Lebih lanjut, Koordinator Ikatan Alumni Pondok Tremas (IAPT) Kecamatan Kebonagung itu bercerita, bahwa dalam kegiatan halalbihalal semacam ini, bukanlah tuntunan dari Nabi Muhammad SAW. Kegiatan tersebut pertama kali dipelopori oleh salah satu pendiri Nahdlatul Ulama, KH. Wahab Chasbullah yang menyampaikan kepada Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno untuk menyelenggarakan kegiatan silaturahmi di hari Idul fitri tersebut.
Sementara Kepala Dusun setempat, Megi Santoso memberikan apresiasi tinggi dengan adanya kegiatan halalbihalal yang dirangkaikan dengan pengajian itu. Dengan adanya kegiatan positif tersebut diharapkan kegiatan sejenis tetap terselenggara dengan istiqomah dan lancar.
“Dalam situasi idul fitri kita patut merenung, hari yang fitri ini juga menjadikan kita berbahagia. Sebelumnya dua pertemuan lebaran kita masih diterjang oleh Pandemi. Namun pada tahun ini kita patut berbahagia atas kebijakan pemerintah yang memperbolehkan mudik sehingga kita dapat bertemu dengan keluarga dan saudara,” tandasnya.
Redaktur: Zaenal Faizin