900 Santri Kelas Akhir Jalani Imtihan Munaqosyah

0
877

Tremas- Madrasah Salafiyah Pondok Tremas Pacitan menyelenggarakan Imtihan (ujian) Munaqasyah bagi 900 santri kelas akhir, yang meliputi santri kelas Mumtaz Tsani, Kelas III MTs dan kelas III Aliyah Mu’adalah putra dan putri.

Imtihan Munaqosyah berlangsungJum’at – Selasa (04-08/02/2022). Imtihan digelar secara bertahap selama 4 malam di gedung Aula Pondok Tremas untuk tingkat Aliyah putra, Madrasah Depan Masjid untuk tingkat Tsanawiyah, dan Madrasah Super untuk santri putri.

Imtiham Munaqosyah menjadi agenda rutin tahunan dan telah dilaksanakan sejak tahun 2006 silam. Munaqosyah ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas santri dalam menguasai literatur kitab kuning.

Salah satu dewan penguji, Ustadz Kholil Aziz menjelaskan, imtihan munaqosyah dimaksudkan sebagai tolak ukur keberhasilan santri selama masa belajar di tingkat Tsanawiyah dan Aliyah.

“Secara umum, Munaqosyah ini upaya untuk melihat seberapa kemampuan santri selama belajar di pondok,” tutur pria asal Purwodadi Jawa Tengah itu.

Peserta munaqosyah, katanya, sebelumnya telah mengikuti bimbingan dari guru fak selama beberapa pekan. Dalam prakteknya, para santri memasuki ruang imtihan dan diuji oleh empat orang penguji yang sebagian besar adalah ustadz-ustadzah senior Pondok Tremas Pacitan.

Di hadapan penguji, masing-masing santri membaca kitab Fathul Qarib Al Mujib untuk tingkat Madrasah Aliyah dan Matan Taqrib untuk tingkat Tsanawiyah. Satu per satu santri diuji mulai dari pelajaran nahwu, shorof, serta Al-Qur’an tajwid.

“Pelajaran inti yang diuji yakni Al Qur’an dan penguasaan kitab kuning meliputi fiqh, ilmu nahwu, dan shorof,” sambungnya.

Salah satu santri kelas III Madrasah Aliyah, Hafidza Aryakhia Khilmi (19 tahun), mengatakan sudah mempersiapkan diri selama satu bulan untuk bisa mengikuti imtuhan tersebut didampingi oleh penasehat asrama dan wali kelas masing-masing.

“Alhamdulillah ujian saya berjalan lancar. Walaupun kami harus dihadapkan dengan beberapa guru senior yang membuat senam jantung (deg-degan),” kata santri asal Semarang itu.

Imtihan Munaqosyah ini merupakan sarana pembuktian bagi santri. Selama di pondok, para santri melaksanakan imtihan ini hanya dua kali yakni pada tingkat Tsanawiyah dan tingkat Aliyah.

“Mayoritas teman saya belajar dengan sungguh-sungguh, karena menurutnya munaqosyah ini merupakan ajang pembuktian mereka,” pungkasnya.

Penulis: Anwar Sanusi
Redaktur: Zaenal Faizin