Tak Mau Membaca, Bertemanlah dengan Kebodohan

0
3157

Tremas- Pertumbuhan internet yang semakin pesat harus dibarengi dengan peningkatan budaya literasi (baca tulis) di kalangan masyarakat, sehingga para pengguna internet dapat meningkatkan daya kompetisi nilai kehidupan, baik secara keilmuan, kerohanian, dan cakrawala pemikiran.

Lalu apa jadinya bila dalam masa keterbukaan informasi ini masyarakat sudah tidak mau lagi membaca dan belajar?. Itulah yang menjadi perbincangan substansial pada Kongkow Budaya Soko Papat, “Indonesia tanpa Koran” yang digelar di Ndalem Paguron Soko Papat Pondok Tremas Pacitan. Kamis malam (4/5).

Kongkow ini diasuh langsung oleh KH Luqman Harits, pengasuh Pondok Tremas. Kiai Luqman menyampaikan perspektif Indonesia tanpa koran dimaknai dengan Indonesia tanpa membaca.

Dalam paparan Kiai Luqman, bahwa budaya membaca begitu penting dalam kehidupan kita. Membaca satu-satunya teman yang baik saat ini. Orang yang tidak perduli dengan membaca, maka kebodohanlah yang akan menjadi temannya.” Membaca itu penting. Karena membaca itu separuh (dari) ilmu,” ungkap Koordinator Nasional Gerakan Ayo Mondok itu.

Diuraikan olehnya, bahwa dalam berkehidupan harus dengan ilmu. Segala bentuk pekerjaan yang ada harus didasari dengan ilmu. Islam, imbuhnya, sangat menghargai ilmu. Oleh sebab itu ilmu bisa didapat dengan seringnya membaca. Sangat aneh jika perkembangan teknologi yang kian pesat, sarana komunikasi yang begitu mudah dan menjamurnya tempat belajar tidak dimanfaatkan untuk menambah wawasan.

“Orang yang tidak mau lagi membaca akan bodoh. Dan Kebodohan, juga kefakiran adalah musuh agama kita,” ujar Katib Syuriyah PBNU itu.

Namun, lanjut Kiai Luqman, dalam membaca juga terdapat rambu-rambunya. Menggali Informasi harus memperhatikan sumbernya. Tidak asal comot dari Internet.”Artinya kita harus selektif. Mana yang harus dibaca dan mana yang tidak,” katanya.

Mengenai fenomena maraknya berita Hoax atau berita fiktif. Kiai Luqman menghimbau untuk lebih berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan sebuah berita lewat internet.

Selain menggunakan internet, masyarakat juga harus Melek literasi. Hal ini, disampaikan Dodik Prasetyo, Akademisi STAIFA Kikil Pacitan, yang selama ini konsen pada bidang literasi. Dalam era milenial ini, menekuni dunia literasi menjadi sangat penting. “Kedepan kita perlu membangun gerakan melek aksara. Dengan menyajikan informasi faktual dan berbasis data. Agar Bisa meramalkan khazanah literasi di dunia media,” katanya.

Kongkow Budaya Soko Papat ini diikuti oleh berbagai kalangan, diantaranya para para santri, seniman, mahasiswa, aktifis pergerakan dan pegiat media. Setiap peserta diberikan kesempatan berbicara menyampaikan pandangannya terkait isu yang sedang dibahas.

Kongkow budaya Soko Papat merupakan sebuah komunitas diskusi yang terbuka untuk semua kalangan. Kongkow dilakukan sebulan sekali setiap Kamis malam. Diawali dengan pembacaan shalawat Mahallul Qiyam dan dzikir singkat.

Komunitas ini berdiri pada 22 Oktober 2016 lalu dan fokus membahasa  isu-isu kekinian yang sedang mengemuka. Sehingga peserta Kongkow dapat memperoleh wawasan yang lebih mencerahkan untuk menghadapi berbagai permasalahan yang terjadi di sekitarnya.