‘Nahun’ di Pondok Tremas, Santri Pilih Tidak Pulang kampung

0
1044
Santri Tremas tampak tekun ikut Ngaji Pasanan
Santri Tremas tampak tekun ikut Ngaji Pasanan

Tremas- Bulan Ramadhan adalah bulan yang dinantikan para santri. Pasalnya, momen ini menjadi kesempatan untuk bertemu orang tua dan keluarga di kampung halamannya. Namun, ternyata tak semua santri memutuskan pulang ke kampung halaman. Justru sebagian memilih bertahan di pondok seperti yang dilakukan santri di Perguruan Islam Pondok Tremas, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan. Mereka yang tak mudik disebut ‘Santri Nahun’.

“Nahun adalah salah satu tradisi di Pondok Tremas yang bertujuan untuk ngalap berkah para guru. Santri biasanya melakukan tradisi ini dengan tidak pulang kampung selama 3 tahun, 3 bulan, 3 minggu, dan 3 hari,” ungkap Alex Maulana Arju, santri kelas 3 Aliyah kepada redaksi, Ahad (02/04/2023).

Ia menjelaskan, peminat tradisi nahun ini cukup banyak. Tradisi Nahun ini juga dapat dimaknai sebagai bentuk tirakat. Tujuannya agar kegiatan belajar di pondok senantiasa lancar dan santri akan selalu fokus untuk mengaji.

“Ya Alhamdulillah, untuk peminat tradisi Nahun ini cukup banyak dan semakin bertambah jumlahnya dari tahun ke tahun,” jelasnya.

Lebih lanjut, dia menyampaikan selain Santri Nahun ada santri yang memilih pulang jelang Idul Fitri. Menurut Alex, santri tersebut mengikuti kegiatan ‘Ngaji pasanan’ dan mengkhatamkan kitab-kitab kuning klasik.

“Mereka disebut Santri Pasanan. Kalangan ini jumlahnya cukup besar. Bahkan banyak juga yang datang dari Pondok lain,” imbuhnya.

Santri sedang muthola'ah kitab sambil ngabuburit di depan asrama
Santri sedang muthola’ah kitab sambil ngabuburit di depan asrama

Dikutip dari Majalah ‘Media Attarmasie’ tahun 2022, kisah yang melatar belakangi tradisi Nahun ini adalah, ketika suatu hari Mbah Guru putri (Mbah Nyai Khodijah istri KH. Dimyathi) yang sedang melakukan tirakat puasa selama 3 tahun 3 bulan 3 minggu 3 hari, mengalami hal yang sangat aneh yaitu saat beliau mencuci beras untuk dimasak di sebuah sumur (sekarang terletak di tengah madrasah depan masjid) tiba-tiba beras tersebut berubah menjadi emas, Mbah guru Putri pun kaget seraya berdo’a “ Yaa…Allah, saya bertirakat bukanlah untuk mengharapkan emas atau harta benda dunia, akan tetapi saya memohon kepadaMu, Yaa…Allah, jadikanlah Tremas ini bagian dari masyarakat, jadikanlah keluarga kami termasuk ahlul ilmi dan jadikanlah santri-santri yang menuntut ilmu disini menjadi santriyang barokah.” Seraya membuang emas tersebut kedalam sumur. (Wallahu a’lamu bissowab).

Sesuai dengan perkembangan zaman, tradisi ini tetap ditiru oleh generasi selanjutnya meskipun dengan versi yang berbeda. Sekarang ini versi nahun yang berlaku di kalangan santri Pondok Tremas ada 3, yaitu: tidak keluar dari kompleks pondok, tidak keluar dari wilayah Kabupaten Pacitan, tidak pulang ke rumah.