Pondok Tremas Ajukan Mu’adalah dengan Al Azhar

0
1456
Kiai Luqman bersama Wakil Grand Syaikh Al-Azhar Prof. Dr. Muhammad Ad-Duwainy

Kairo– Delegasi Pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah dan Pesantren Modern yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pesantren Mu’adalah (FKPM) diterima oleh Wakil Grand Syaikh Al-Azhar Prof. Dr. Muhammad Ad-Duwainy, Ahad (28/11) di kantornya di Masyikhotul Azhar.

Pertemuan juga dihadiri oleh Sekjen Lembaga Riset Al-Azhar atau yang dikenal dengan Majma Al-Buhus Al-Islamiyyah, Syaikh Prof. Dr. Nadhir Ayyadh serta Penasehat Grand Syaikh Al-Azhar Ambassador Abdurrahman Musa dan Atdikbud KBRI Kairo Prof. Bambang Suryadi.

Dalam kesempatan pertemuan tersebut, Pengasuh Pondok Tremas KH Luqman Harits Dimyathi menyerahkan dua kitab karya Syeikh Mahfudz Attarmasi kepada Wakil Grand Syaikh Al-Azhar, dimana kakek beliau KH Abdul Manan Dipomenggolo merupakan orang Indonesia pertama yang belajar di Al-Azhar pada tahun 1850an.

Syaikh Ad-Duwaini menyambut dan mengapresiasi peranan pesantren dalam proses pendidikan dan pembinaan masyarakat Indonesia dengan menyebarkan wasatiyyat Islam di Indonesia.

Syaikh Duwainy juga mengapresiasi hubungan baik Indonesia Mesir yang telah terjalin dengan baik, khususnya dengan Al-Azhar dimana ribuan mahasiswa Indonesia belajar di Al-Azhar, dan perasaan cinta yang tinggi masyarakat Indonesia kepada Al-Azhar.

Pelajar Indonesia di Al-Azhar yang kini berjumlah lebih dari 10 ribu mahasiswa, menurut Syaikh Duwaini, adalah delegasi pelajar asing terbesar dari seluruh dunia. Mahasiswa asing di Al-Azhar, kini terdiri dari 112 kewarganegaraan dari seluruh dunia. Sebagian dari mereka tinggal di asrama Al-Azhar yaitu di Madinatul Bu’ust Al-Islamiyyah atau Islamic Mission City.

Wakil Grand Syaikh dan Sekjen Majma’ Buhus menyambut baik niatan degelasi dari berbagai pesantren modern dan salafiyah itu untuk mengajukan Mu’adalah dengan Al-Azhar. Menurutnya bahwa Al-Azhar akan menerima mahasiswa asing dari manapun, selama sesuai dengan prosesur dan mekanisme yang berlaku, yaitu memiliki ijazah muadalah dengan Al-Azhar.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Ad-Duwany mengarahkan kepada Sekjen Majma’ Al-Buhus untuk membantu dan mempercepat proses mu’adalah sehingga para calon mahasiswa Indonesia ke depan dapat studi ke Al-Azhar melalui mekanisme yang benar.

Delegasi Pimpinan Pesantren Mu’adalah

Pimpinan Pondok Modern Gontor Prof. Dr. KH. Amal Fathullah Zarkasyi, MA yang juga Ketua Umum Forum Komunikasi Pesantren Muadalah menyampaikan bahwa pondok-pondok pesantren tersebut memiliki kualitas dan memenuhi kualifikasi dan kompentensi yang standar, mereka memiliki kurikulum yang baik, jumlah santri yang memenuhi syarat dan kelembagaan yang kuat.

Berkas-berkas muadalah mereka telah disiapkan sejak dari Indonesia sesuai dengan prosedur yang ditentukan oleh Al-Azhar dan perundang-undangan di Indonesia yang kemudian dilagilasi di KBRI dan Kementerian Luar Negeri Mesir.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo yang ikut mendampingi menyatakan siap memfasilitasi proses pengajuan Mu’adalah tersebut sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang berlaku.

Menurut koordinator urusan Mu’adalah KH. Iwan Sofyan dan KH. Oyong Sofyan, gelombang pertama ini ada lebih dari 50 pondok pesantren yang mengajukan muadalah dengan Al-Azhar, antara lain: Pondok Tremas Pacitan, As-Shiddiqiyah Jakarta, Al-IkhlasTaliwang, Al-Mizan Banten, Darel Azhar Banten, Manahijussadat Banten, Darul Quran Tangerang, Al-Amien Madura, Mawaridussalam Medan, Al-Hikmah 1 Brebes, Al-Mujtama’ Al-Islamy Lampung, Baitul Hidayah Bandung, Darussalam Bogor, Al-Amanah Al-Gontory Tangerang, Al-Basyariyah Bandung, Al-Falah Ploso Kediri, Tebuireng Jombang, Al-Masduqiyah Probolonggo, Al-Islah Bondowoso, Miftahul Huda Manonjaya, Al-Bahjah Cirebon, MHS Babakan Ciwaringin Cirebon, Al-Azhar Muncar Banyuwangi, Aisyah Bojonegoro dan lain-lain.

(Tazakka/Media Watch Attarmasi)