Ketika Uwais al-Qarni Pingsan di Dekat Makam Rasulullah

0
2711

Uwais al-Qarni, pemuda saleh asal Yaman, pernah kecewa berat saat jauh-jauh pergi ke Madinah untuk bertemu Rasulullah ternyata tak membuahkan hasil. Ketika itu ia hanya bertemu dengan istri beliau, A’isyah radliyallâhu ‘anhâ karena Nabi sedang keluar ke medan pertempuran.

Uwais juga tak mungkin menunggu orang yang sangat dirindukannya itu berlama-lama lantaran di Yaman ia sedang meninggalkan sang ibunda yang renta dan sakit-sakitan. Uwais memang terkenal sebagai pemuda dengan pengabidan kepada orang tua yang luar biasa. Rasulullah sendiri memberi catatan khusus kepadanya dan menyebut Uwais sebagai “penghuni langit”.

Dalam kesempatan lain, pasca-wafatnya Nabi, ia pergi ke Madinah dalam suatu momen ibadah haji. Dalam kitab Ihyâ’ ‘Ulûmiddîn karya Imam al-Ghazali, melalui cerita Abu Sulaiman, dikisahkan bahwa ketika Uwais sampai di pintu masjid Madinah, Uwais merima kabar bahwa di masjid tersebut Nabi dimakamkan. Seketika itu ia pingsan.

Saat siuman, Uwais berujar, “Keluarkan aku dari sini. Aku merasa tidak enak di negeri tempat bersemayamnya Rasulullah.”

Di sini Uwais kembali menunjukkan rasa cinta dan hormatnya kepada Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wasallam. Rasa tidak nyamannya, atau lebih tepatnya perasaan malu, muncul lantaran ia sesungguhnya tidak berkenan menginjak tanah suatu daerah yang di dalamnya terdapat jasad mulia Rasulullah. Uwais memosisikan Nabi yang sudah wafat selayak ketika beliau masih hidup.

Imam al-Ghazali di kitab yang sama lantas menjelaskan tentang adab berziarah ke makam Rasulullah. Al-Ghazali menggarisbawahi bahwa penghormatan yang setinggi-tingginya mesti ditunjukkan kala berziarah ke makam Rasulullah. Rasa ta’dhim peziarah mesti tampil sebagaimana saat ia menghadap pribadi mulia yang masih hidup, misalnya, dengan tidak sembarangan menyentuh atau mencium makam beliau.

Rasulullah, kata Imam al-Ghazali, mengetahui kedatangan para peziarah makamnya dan mendengar shalawat dan salam yang disampaikan kepada beliau. Sebuah hadits riwayat Nasa’i menjelaskan bahwa Allah mengutus malaikat yang bertugas menyampaikan salam kepada Nabi dari umatnya. (Mahbib)