Potret Hubungan Indonesia-Mesir ; Profil KH.Ahmad Dahlan Al Tarmasi (2)

0
3311

KH. Abdul Manan Dipomenggolo dalam mengecap pendidikan di Al Azhar akhirnya diikuti oleh putra dan cucu-cucunya, salah satu cucu yang meneruskan estafet beliau adalah Simbah KH. Ahmad Dahlan Al Tarmasi.

KH. Ahmad Dahlan adalah Putra dari KH. Abdullah bin Abdul Manan Dipomenggolo, seprti disebutkan diatas, sang kakek dikenal sebagai mahasiswa pertama asal bumi nusantara yang mengecap pendidikan di al Azhar kairo di akhir abad 18 dan di teruskan putranya yang juga ayah syekh Ahmad Dahlan yaitu K.Abdullah, Syekh Ahmad Dahlan adalah adik kandung Seorang ulama besar dunia yang dikenal sebagai mufti Makkah dan Imam Masjidil Haram yaitu Syekh Mahfudz al Tarmasi dan juga kakak KH. Dimyathi pengasuh Tremas.

Riwayat Pendidikan

Beliau belajar pertama kali di pesantren ayahnya di Tremas, dan diteruskan di Pesantren Darat yang diasuh oleh ulama besar Syekh Mohammad Sholeh Darat yang nantinya juga menjadi mertuanya, setelah itu beliau menuju Makkah belajar di ulama- ulama Hijaz termasuk kepada sang kakak beliau, beliau dikenal bersahabat erat dengan syekh Hasan Asya’ari asal Bawean yang dikenal juga ulama ahli falak dengan karyanya Muntaha Nataij al Aqwal, keduanya setelah menghabiskan belajar di Makkah dan Madinah keduanya berangkat menuju beberapa wilayah di tanah arab dan menuju ke Al Azhar. Di kairo inilah keduanya bertemu dua ulama besar Nusantara yaitu Syekh Jamil Djambek dan Syekh Ahmad Thahir Jalaluddin Al Azhar dan khusus menghatamkan kitab “al Mathla’al-Said” , sebuah kitab induk falak yg ditulis Syekh Husein Zaid al Mashri.

Karya Beliau

Beliau dikenal multidisipliner mulai fiqih, hadits, tafsir, dan utamanya ilmu falak, setelah belajar di al Azhar beliau menuju Makkah dan menjumpai kakaknya untuk pamit pulang ke Tremas, namun menjelang pulang bersama Syekh Hasan Asy’ari beliau diberi pesan untuk mampir ke Darat Semarang mengunjungi Syekh Mohammad Sholeh Darat, setelah beliau sampai di Darat ternyata beliau di nikahkan dengan putri gurunya dan diminta membantu beliau mengajar, di Darat inilah beliau mengajar termasuk ilmu Falak dan menyelesaikan 2 buah kitab falak yaitu Tadzkiroh al Ikhwan yang selesai ditulis tahun 1901, dan kitab Bulugh al Wathar yang selesai ditulis tahun 1903, diperkirakan masih ada beberapa karya beliau yang lain mungkin masih ada namun sudah hilang seperti yang tercatat dalam catatan pengajian Falak KH.Marwah Dahlan Nganjuk yang mendapat pengajian langsung dari K.Abu Bakar Kediri yang merupakan murid beliau, dalam catatan K. Abu Bakar selalu tertulis kata Syaikhani yang maksudnya adalah Syekh Shaleh Darat dan Syekh Ahmad Dahlan.

Kitab Tadzkirotul Ikhwan adalah kitab falak dengan system Haqiqi Taqribi, kemungkinan ini kitab adalah kitab Hisab Awal Bulan yang  pertama yang ditulis ditanah Nusantara bukan seperti banyak ditulis beberapa kalangan yaitu Kitab Hisab Awal bulan Sullam Nayyirain yang ditulis tahun 1925, kitab ini masih memakai angka “A BA JA DUN “, dengan memakai zeij Ulugh Beik, dari kitab ini diteruskan para penerusnya diantaranya KH. Abdul Jalil Kudus yang dengan karyanya Fath al Rauf al Mannan dengan jelas beliau mengatakan memakai Zeij Dahlan,KH. Mohammad Wardan yang dikenal sebagai generasi awal ahli falak Muhamadiyyah juga dalam karyanya Hisab Haqiqi juga memakai zeij dahlan, KH. Yunus Abdulloh Kediri pengarang kitab Risalah alQamarain, pengaruh ini masih dapat dilacak dalam berbagai kitab falak Taqribi yang ditulis belakangan.

Kitab Bulugh al Wathar selesai ditulis pada 27 dzul qo’dah 1320 H di Darat Semarang, kitab ini memakai system Haqiqi Tahqiqi dan kemungkinan kitab Hisab Falak pertama yang tahqiqi yang ditulis oleh ulama Indonesia dan selesai bersamaan dengan kitab Muntaha Nataij al Aqwal yang ditulis sahabat beliau yaitu Syekh Hasan Asy’ari al Baweyani, kedua kitab ini khususnya Bulugh al Wathar mengambil zeijnya dari kitab induk yaitu al Mathla al Said, dalam muqoddimah kitab beliau mengatakan beliau berguru pada Syekh Djamil Djambek yang berguru pada Syekh Thahir Jalaluddin al Azhari yang berguru langsung pada penulis kitab al Mathla al Said, kitab ini memuat perhitungan awal bulan dan gerhana matahari dan bulan, beliau berhasil meringkas algoritma dalam al mathla  al said yang sangat rumit menjadi mudah dan lebih ringkas. Rupanya kitab ini tidak banyak terpublikasikan dibanding kitab sebelumnya karena berkenaan bahwa kitab ini selesai tidak lama kemudian wafat di tahun 1905, sehingga kemungkinan belum banyak yang menghatamkan kitab ini namun jejaknya masih dapat dilihat dalam kitab Hisab Haqiqi karya KH. Mohammad Wardan dan juga sempat manuskripnya di bawa beberapa muridnya seperti K. Abu Bakar Kediri, K. Darwisy (pendiri Muhamadiyyah).

Pengaruh Karya Beliau

Bersama dengan sahabat beliau yaitu Syekh Hasan Asyari al Baweyani dan guru beliau yaitu Syekh Mohammad Shaleh Darat dapat dikatakan karya mereka sangat mempengaruhi dunia falak utamanya dalam perkembangan ilmu Falak, sehingga bisa di katakan mereka bertiga adalah pembuka ilmu falak utamanya di dunia Pesantren. Syekh Ahmad Dahlan dan Syekh Hasan Asyari adalah dua ulama pesantren yang mempunyai kesadaran untuk mengabadikan disiplin ilmu mereka dengan bentuk karya yang monumental, karena sebenarnya setelah generasi mereka berdua banyak bermunculan dan ulama-ulama falak dari pesantren , bahkan seorang murid beliau yaitu K. Darwisy sampai mengubah nama beliau dengan nama gurunya untuk menghormati guru beliau yang sangat beliau hormati.

Beliau wafat diperkirakan tahun 1905 tanpa sempat pulang ke Tremas Pacitan sehingga  jejak beliau hilang di keluarga beliau sendiri di Tremas dan baru bersambung kembali dalam beberapa tahun ini dengan meninggalkan dua putra yaitu Rachmad dan Syekh Ahmad Al Hadie yang kemudian Syekh Ahmad Al Hadie menuju Bali dan mendirikan pesantren disana

bersambung..