Hubungan Tanpa Sekat Santri Tremas dengan Kyainya; K.H Abdul Mannan Attarmasie dan K.H Muhammad Soleh Tambakagung Madura

0
1800

Silsilatu Arrasail Attarmasiyah (4)

Pondok Tremas merupakan salah satu pesantren salaf yang terkenal selalu menjaga hubungan dekat antara guru dengan seorang murid. Jika kita melihat pada masa sekarang, khususnya pesantren di Jawa Timur, banyak kita temui dari para santrinya seakan memiliki sekat pemisah dengan Kyainya, bahkan banyak dari para santri belum pernah bisa sowan dan meminta wejangan langsung dengan Kyainya sampai dia lulus dari pesantren yang ditempati.

Berbeda dengan Pondok Tremas, hubungan antara kyai dengan santri sangat dekat dari masa ke masa. Contohnya di zaman K.H Habib Dimyathi Attarmasie, K.H Haris Dimyathi Attarmasie dan K.H Hasyim Attarmasie. Beliau bertiga terkenal oleh para santrinya sangat mudah untuk disowani dan dimintai wejangan dimanapun tempatnya. Kedekatan tanpa sekat penghalang ini bisa terlihat juga dengan para santri yang tidak canggung menyebut beliau bertiga dengan sebutan Pak Habib, Pak Haris dan Pak Hasyim.

Kedekatan Santri dengan Kyainya ini memang telah mengakar sejak zaman K.H Abdul Mannan Attarmasie. Data penguat dari asumsi ini adalah sebuah surat yang kami temukan ketika sowan ke Lora Utsman al-Akhyari pengasuh pondok pesantren al-Akhyar Tambakagung sekaligus keluarga besar dari K.H Muhammad Soleh Tambakagung atau lebih terkenal dengan Bujuk Pacitan. Dalam surat ini, tertulis sebuah catatan yang terindikasi sebagai balasan pertanyaan dari K.H Abdul Mannan Attarmasie kepada santrinya K.H Muhammad Soleh Tambakagung. Catatan ini kami yakini sebagai tulisan balasan K.H Abdul Mannan Attarmasie kepada santri kinasihnya dengan bukti tulisan paling bawah surat, tertulis :

كتبه الشيخ محمد عبد المنان في ترمس في فاجيتن

Didalam paragraf pertama, catatan ini menjelaskan tentang beberapa corak penetapan Qaul Muktamad ketika ada perbedaan pendapat syafiiyyah dari dua ulama muharrir mazhab yaitu Ibnu Hajar Alhaitami dan Syamsuddin Arromli . Disebutkan bahwa penduduk Madinah dan Makkah boleh mengunggulkan salah satunya. Kemudian penduduk Mesir dan Syam lebih mengunggulkan pendapat Imam Ramli , kemudian pendapat yang kedua ini menjadi pilihan K.H Abdul Mannan Attarmasie.

Pada paragraf kedua, catatan ini menjelaskan tentang amalan agar terbebas dari cobaan dunia dengan tulisan jawa Pegon. Diantara Amalanya yaitu dengan membaca ayat kursi tiga kali, surat Quraisy tiga kali Fatihah tiga kali. Surat al-ikhlas tiga kali. Semuanya setalah shalat Maghrib dan Subuh.

Setelah menyebutkan amalan, beliau menulis dalam bahasa Jawa Pegon, yaitu:

شيخ عبد المنان ترمس مرع فتر محمد صالح مندور غفر الله لنا ولمريدي محمد صالح مندور ولمريدي سالم تلميد محمد صالح.

Dalam tulisan penutup ini, kita bisa melihat kedekatan yang dimiliki K.H Abdul Mannan Attarmasie ketika menyebut santrinya K.H Muhammad Soleh Tambakagung dengan redaksi Marang Putro. Tentu sebutan ini tidak akan bisa tertulis tanpa adanya rasa kedekatan dari guru dengan murid.

# Dzikra Haul ke-167 KH Abdul Mannan Attarmasie

Attarmasie, 1 Mei 2024 M/ 22 Syawal 1445 H
Lajnah Turats Attarmasie