Tak Putus Berdoa, Maksum Santri Tremas Bisa Belajar di Makkah

0
2060

Makkah- Mohammad Maksum merupakan alumni Pondok Tremas Pacitan yang sukses melanjutkan jenjang pendidikan di Makkah, tepatnya di Rusaifah, Makkah.

Dia mengaku beruntung bisa mondok di Rusaifah. Karena disamping biaya yang mahal juga terkenal sulit untuk diterima menjadi santri disana.

Kemudahan yang dirasakanya, semuanya itu tidak lepas dari doa yang selalu dipanjatkan dan sifat ta’dzim terhadap para gurunya.

“Sebenarnya saya masih belum yakin dan tidak terbayang. Hanya saja sejak dulu saya awal mondok di Tremas selalu berdo’a di masjid, maqbarah masyayikh bahwa saya ingin mondok di Makkah dan ziarah makam seorang ulama internasional, Syekh Muhammad Mahfudz Tremas. Qodratullah berbekal Sam’an wa tho’atan alhamdulillah bisa nyantri disini, di Rusaifah Makkah,” papar Maksum. Ahad (15/5) melalui pesan WA.

Santri asal Pasuruan itu menjelaskan bahwa dirinya tidak terbayang bisa mondok sampai lulus dari Tremas bahkan hingga sampai saat ini bisa nyantri di Makkah.

Pasalnya, saat kecil dia bercita-cita menjadi tentara karena ingin mengikuti jejak saudara. Ketika masih sekolah dia dibilang sangat nakal, sering nonton konser, suka berkelahi sampai orang tua sering dipanggil kepala sekolah, bahkan sampai sempat ikut komunitas anak jalanan.

“Kemudian saya diajak bertemu ke teman orang tua saya yang juga alumni Makkah, KH. Abdullah Munif Ma’ruf. Karena mungkin orang tua saya sudah tidak sanggup lagi menasehati, dengan harapan dapat pencerahan agar lebih baik. Alhamdulillah semenjak saat itu saya banyak diberi nasihat dan bimbingan olehnya, sampai akhirnya bisa sedikit demi sedikit tertarik dengan dunia pesantren.,” jelasnya.

Lanjut, Maksum mulai mondok di Pondok Pesantren Ilmu Al Qur’an (PIQ) Babussalam An-Nashirie Sukorejo, Pasuruan yang merupakan lembaga pendidikan agama yang berdiri tahun 1984 dan dibawah bimbingan alumni Pondok Tremas, KH. Imron Rosyadi selama tiga tahun. Dikarenakan lingkungan pondok yang tidak jauh dari tempat tinggal membuatnya terbesit untuk mondok di Pondok Tremas.

“Didalam hati terbesit untuk mondok yang agak jauh, yaitu di Tremas. Disisi lain juga banyak inspirasi dan motivasi dari guru-guru saya yang alumni sana. Karena orang tua yang masih belum yakin kepada saya bahwa akan mondok di Tremas di sowankanlah saya ke KH Abdullah Ma’ruf tadi, untuk meminta saran dan nasehat,” Imbuhnya.

Setelah menemui gurunya, Maksum mendapat dukungan penuh untuk mondok di Tremas dengan syarat harus ke tremas dulu untuk ziarah ke makam Syekh Mahfudz Attarmasi.

“Singkat cerita saya sampailah di Tremas, dan ternyata tanpa saya bayangkan, ternyata Syekh Mahfudz dimakamkan Di Ma’la, Makkah. Maka saya pulang kembali menghadap guru saya, dan ternyata guru saya itu hanya ingin mengetes seberapa tekad dan kejujuran saya bahwa saya benar-benar ziarah ke Tremas. Sehingga diberangkatkanlah saya di tremas hingga lulus Aliyah. Disitulah saya selalu berdo’a agar bisa nyantri di Mekkah untuk bisa melaksanakan tugas dari guru saya yaitu menziarahi makam Syekh Mahfudz Attarmasi,” ujarnya.

Dirinya berharap, ketika kelak pulang ke tanah air dapat memberikan kebermanfaatan bagi sekitarnya. Baginya kesuksesan tidak lepas dari dukungan guru, orang tua, teman bahkan saudara.

“Jangan menyerah! tetap berdo’a apapun yang kamu cita-citakan mintalah kepada Tuhanmu Allah SWT. Dekati sang pemilik Takdir. Kemudian Berusahalah!,” pesanya.

Disela-sela belajarnya, dia juga nyambi menjadi guide umroh tour.

“(Hasilnya) untuk membantu meringankan beban orang tua karena biaya kehidupan yang mahal disini. Kemudian juga untuk membayar pajak mukim yang biayanya hingga puluhan juta per tahun,” tutupnya.

Redaktur: Zaenal Faizin