Pacitan-Forum Mahasiswa Al Tarmasi (FORMAT) Kabupaten Pacitan menggelar Ngopi Gedhen dan Safari Kajian Kampus bertajuk ‘Kiat Mahasiswa dalam Menyikapi Pelecehan dan Kekerasan Seksual di Dunia Pendidikan’. Kegiatan dilaksanakan di Gedung Auditorium Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Pacitan, Sabtu (08/01/2022).
Kegiatan ini dilatarbelakangi dari maraknya kasus Kekerasan Seksual yang terus menuai pro dan kontra dimasyarakat. “Kami dari Format STAI NU memilih tema tersebut dikarenakan banyaknya kasus pelecehan dan kekerasan seksual di dunia pendidikan, untuk itu kami adakan kajian untuk menyikapi kasus tersebut,” ungkap Ketua Format STAI NU, Muhammad Bagus Faisal.
Lantunan bacaan sholawat dari grup banjari Unit Kegiatan Mahasantri (UKM) Ma’had Aly Al Tarmasi mengawali kegiatan ini. Dilanjutkan beberapa sambutan dan acara inti yaitu kajian.
Dalam sambutannya Ketua Umum Format Pacitan, Muhdhori Ahmad menyampaikan bahwa Format merupakan organisasi dibawah naungan Ikatan Alumni Pondok Tremas (IAPT) yang mewadahi seluruh alumni tremas yang masih kuliah. Selain sebagai wadah silaturahmi format juga berupaya untuk meningkatkan semangat khidmah para alumni.
“Tujuan diadakannya format adalah sebagai silaturahmi mahasiswa pondok Tremas agar saling mengingatkan satu sama lain. Yang utama adalah untuk menambahkan semangat berkhidmah,” jelasnya.
Di sisi lain, Ketua STAINU Pacitan Muh. Syuhada Subir menyampaikan banyak terima kasih terhadap anggota format yang telah mempercayai Stainu menjadi tuan rumah kegiatan ini.
“Saya sangat berterimakasih, Dari pengurus Format telah mempercayai STAINU sebagai tempat pertama pelaksanaan kegiatan ini. Semoga silaturahmi ini bisa berjalan dengan baik dan sesuai harapan. Kami menyambut hangat jika agenda selanjutnya di adakan lagi disini,” terangnya.
Kegiatan ini menghadirkan dua Narasumber sekaligus, yakni Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta, Hanah Fitrotien Salsabila dan Dosen Stai Nu Pacitan, Amruddin Lathif. Dalam penyampaian materinya, dosen Stainu dan juga Ma’had Aly Al Tarmasi tersebut menyampaikan tentang relasi kuasa. Dimana kekerasan seksual bisa timbul karena adanya kekuasaan.
“Kekerasan seksual bisa terjadi karena ketimpangan realasi kuasa, dimana pelaku menyalahgunakan power untuk melancarkan aksinya dan korban menjadi tak berdaya karenanya, ucap Lathif.
Ia juga menjelaskan kekerasan seksual memungkinkan terjadi di lingkungan pendidikan bila ada ketimpangan relasi kuasa yang ditopang struktur kebudayaan yang patriakis dan feodalis. Dimana kebenaran ada di pihak yang mendominasi. Lalu ia menyampaikan beberapa cara penanganan kekerasan seksual di dunia kampus.
“Perguruan Tinggi wajib melakukan penanganan kekerasan seksual melalui ; pendampingan, perlindungan, pengenaan sanksi administratif, dab pemulihan korban,” tungkasnya.
“Pemerkosaan adalah kejahatan paling mengerikan di muka bumi dan itu terjadi hampir setiap menit. Masalahnya, kelompok yang berusaha mengatasi pemerkosaan berusaha mendidik perempuan tentang bagaimana membela diri.
Padahal, yang diperlukan adalah mengajari laki-laki untuk tidak memerkosa. Pergilah ke akar masalah dan mulailah dari situ” terang wanita berdarah tremas tersebut.
Acara ini menghadirkan anggota format Kabupaten Pacitan, seperti Format Ma’had Aly Al Tarmasi, Format Sekolah Tinggi Agama Al Fattah (STAIFA), Format Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Pacitan, dan perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STAINU Pacitan.
Penulis : Anwar Sanusi
Editor : Zaenal Faizin