Pacitan : Pengasuh Pondok Tremas KH.Luqman Harits Dimyathi berpesan, dalam membaca sholawat nabi jangan sampai meninggalkan kaidah kaidah ilmu tajwid. saat ini banyak masyarakat yang masih belum benar dalam membaca sholawat.
” Dalam membaca syair, bait itu juga harus menggunkan tajwid dan panjang pendeknya harus diikuti. Karena dalam Ilmul Arudl tidak boleh lepas dari Makhorijul Huruf, Mad dan sebagainya”, Paparnya saat mengisi ceramah dalam rangka kegiatan rutin pembacaan rotib dan sholawat Rijalul Ansor yang digelar oleh GP Ansor Pacitan di Masjid Agung Darul Falah Pacitan, Jum’at malam (22/5).
Kyai luqman mencontohkan kalimat Salam Alaika, banyak masyarakat masih membaca kalimat Saaalam Alaika dengan memanjangkan huruf Tsa’ nya. Seharusnya salam Alaika huruf Lam nya yang dibaca panjang. Menjadi Salaaam Alaika sesui ilmul arud.
Banyak sholawat dan syair didalam kitab al barzanji yang oleh banyak masyarakakat bahkan para santri masih dibaca dengan ala kadarnya tidak memperhatikan tata cara membaca seperti yang telah diwariskan oleh para sesepuh terdahulu.
Ulama dan para sesepuh terdahulu sangat memperhatikan kaidah dan keindahan dalam membaca sholawat. Sehingga sholawat yang dibaca dengan kaidah ilmul arud akan mudah merasuk didalam hati.
“Melalui Kegiatan Rijalul Ansor ini, NU hadir untuk merawat peninggalan para masyayikh dan walisongo” tambah Kyai Luqman yang menjabat Waki Ketua PWNU Jawa Timur itu.
Selain menjelaskan tentang tata cara membaca sholawat yang benar, beliau juga menyinggung bacaan Al Quran yang dibaca dengan Langgam Jawa yang tengah ramai diperbincangkan di masyarakat.
Lebih lanjut, NU telah mendiskusikan kontroversi tersebut. membaca Al Qur’an dengan langgam Jawa diperbolehkan asal tidak merubah sisi tajwid, makharij huruf, dan terpeliharanya orisinalitas makna al-Quran itu sendiri.
Kegiatan rutin Pembacaan Rotib dan sholawat Rijalul Ansor diakhiri dengan pembacaan Doa yang dimpimpin oleh KH.Abdullah Sadjad.