Masyarakat Indonesia sudah bersiap-siap menanti hadirnya momen spesial pada Rabu Pon, 9 Maret 2016, yaitu gerhana matahari total. Tentunya sebagai umat Islam, hadirnya gerhana itu menjadi tanda kebesaran Allah dan bagi kalangan ahli falak dan astronomi, ini menjadi titik riset yang sangat menarik.
Ialah KH Muhammad Sholeh bin Umar Assamarani (dikenal dengan KH Sholeh Darat) yang turut memberikan penjelasan amalan shalat gerhana. Bab khusus mengenai shalat gerhana ditulis dalam Kitab Majmu’atu al Syari’ah al Kafiyati lil ‘Awam halaman 84-85 Fashlun fi al Kusufaini.
KH Sholeh Darat menegaskan bahwa shalat dua gerhana (bulan dan matahari) hukumnya sunnah muakkad.
Adapun yang diperintahkan untuk mengikuti shalat gerhana adalah laki-laki dan wanita, boleh munfarid (sendiri) atau berjama’ah. Dan KH Sholeh Darat menyampaikan bahwa shalat gerhana lebih utama dilakukan dengan berjama’ah.
Bacaan dalam shalat gerhana bulan dilakukan dengan jahr (keras) dan jika gerhana matahari dengan pelan-pelan. Jumlah raka’at shalat gerhana paling sedikit dua raka’at salam sebagaimana shalat rawatib.
Adapun tata cara shalat gerhana berbeda dengan shalat pada umumnya. Pada rakaat pertama dibuka dengan niat, doa iftitah, al Fatihah, surat, ruku’, berdiri i’tidal, tidak langsung sujud tapi membaca al-Fatihah, surat, ruku’, i’tidal dan dilanjutkan sujud dua kali.
Pada raka’at kedua juga sama dengan raka’at pertama dengan dua kali al Fatihah, surat, ruku’ dan i’tidal disambung sujud dua kali serta tahiyyat akhir dengan ditutup salam.
Dan untuk kesempurnaan shalat gerhana, maka bacaan surat, menurut KH Sholeh Darat memakai yang panjang. Setelah itu juga ruku’nya dibuat panjang sekira sama dengan bacaan 200 ayat.
Bacaan berdiri i’tidal dijelaskan oleh KH Sholeh Darat dengan mengucapkan:
سمع الله لمن حمده ربنا لك الحمد ملء السموات وملء الارض وملء ما شئت من شيء بعد.
Perbedaan waktu ruku’ pada raka’at pertama dan raka’at kedua oleh KH Sholeh Darat dibuat berbeda. Pada raka’at pertama dua kali ruku’ diharapkan sama dengan membaca 200 ayat (pertama) dan 150 ayat (kedua).
Adapun ruku’ yang raka’at kedua bacaan ruku’ dibuat panjang sekira sama dengan bacaan 100 ayat (pertama) dan 50 ayat (kedua).
Dalam menjalankan sujud selama shalat gerhana juga diharapkan dengan sujud yang panjang/lama.
Ketika shalat dilaksanakan secara berjama’ah, maka dilaksanakan khutbah dua kali setelah shalat gerhana. Adapun materi khutbah yang disarankan KH Sholeh Darat kepada khatib adalah dengan menyampaikan taubat dan shadaqah.
Demikian sepintas mengenai isi kitab karya KH Sholeh Darat yang membahas mengenai shalat gerhana. Wallahu a’lam.
sumber : NU Online