10 Karya Monumental Kiai Harits Dimyathi

1
2887
Almagfurlah Kiai Harits sedang muthalaah kitab. (Istimewa)

Sebagai kiai yang dikenal tekun, tawadhu’ dan wara’, beliau juga sosok kiai yang produktif menulis. Diakui atau tidak Kiai Harist seperti mewarisi sang maestro Syeikh Mahfuzh al-Tarmasi dalam hal minat dan produktifitasnya menulis, meski untuk skala berbeda.

Kepiawaiannya menulis dan menyusun beberapa kitab pengantar pelajaran di Pondok Tremas, tidak hanya mewarisi kakak sulung
ayahandanya, Syeikh Mahfuzh, tapi juga menjadi bukti kerja keras dan ketekunan beliau dalam menggali dan mendalami ilmu yang dipelajari.

Bila melihat referensi buku, kitab dan bacaan yang setiap hari menjadi menu santapannya,
tidak diragukan lagi bahwa semua itu menjadi inspirasi bagi produktifitas menulisnya yang tak kenal lelah.Perhatiannya dalam bidang sejarah, ketekunan dalam membaca (belajar) dan kerja kerasnya dalam menulis terbukti menghasilkan banyak karya, sekaligus menjadi teladan penting bagi tradisi literasi bagi kalangan santri dan pesantren.

Beberapa karya KH Haris Dimyathi yang kini digunakan sebagai buku ajar di Madrasah Salafiyah Perguruan Islam Pondok Tremas antara lain :

a. Ilmu Sharaf ;
Al-Tashrif al-Tarmasi Juz 1 dan 2

b. Al-Tarikh al-Islamy ;
1. Tarikh Khulafa’ al-Rasyidin
2. Tarikh al-Umawy ( Bani Umayyah )
3. Tarikh al-Daulah al-Abasiyah ( Bani Abasiyah )
4. Khulashah al-Tarikh al-Tasyri’

c. Ilmu al-Qowa’id al-Fiqhiyyah ;
Faraid al-Bahiyyah

d. Ilmu Balaghah ;
Syarah al-Jawahir al-Maknun

e. Ilmu Hadis ;
1. Inyah al-Saaniyyah Juz 1,2, dan 3.
2. Hadis Arbain fi Fadhl al-Ilmi

f. Ilmu Akhlak ;
Al-Manzhumaat.

Ketawadhu’an beliau dalam menulis bisa dilihat dari semua karyanya, di mana Kiai Harist selalu menuliskan kalimat “Jama’aha wa Rattabaha”, seakan-akan yang dilakukan beliau hanya sekadar mengumpulkan dan menyusun. Padahal tanpa penguasaan ilmu, pengalaman membaca banyak buku sebagai referensi, kesabaran dan kecakapan menulis dengan olah pikir dan kerja kerasnya, sebuah tulisan, terlebih karya kitab sebagai bahan ajar tidak akan pernah terwujud.

Begitulah orang-orang salih, yang sepanjang hidupnya didarmakan untuk kepentingan umat, hal yang berat dan menguras banyak tenaga maupun pikiran dalam menulis sebuah kitab, dijalaninya dengan penuh keridhoan dan keikhlasan demi membuka jalan kemudahan para santri dalam thalabul ilmi.

Ahmad Muhammad, penulis buku Manuskrip Tremas