Pacitan– Tidak banyak catatan riwayat hidup dan perjuangan KH Abdul Manan Dipomenggolo yang berhasil dikumpulkan. Padahal sebenarnya KH Abdul Manan Dipomenggolo mempunyai banyak kapasitas yaitu sebagai ulama, sebagai pendiri Pondok Tremas Pacitan dan peretas jejaring ulama nusantara.
“Sungguh sangat disayangkan, tokoh sehebat KH Abdul Manan Dipomenggolo riwayatnya terlewatkan begitu saja. Padahal bila diteliti lebih dalam, ketokohan dan peran KH Abdul Manan Dipomenggolo sangat luar biasa,” demikian disampaikan KH Luqman Harits saat membacakan Manaqib dalam rangka peringatan Haul Al Magfurlah KH Abdul Manan Dipomenggolo di Makam Bukim Semanten Pacitan, Senin (1/8) sore.
Kiai luqman mengatakan, sulit dibayangkan, KH Abdul Manan Dipomenggolo merintis pesantren sejak zaman kolonial belanda (1830 M), namun hingga kini masih tetap istiqamah sebagai pusat peradaban keilmuan. Sehingga muncul pertanyaan, sebenarnya tirakat apa yang pernah dilakukan oleh beliau sehingga pesantren yang didirikanya masih kokoh berdiri, keturunanya menjadi orang-orang hebat, dan beliau diakui sebagai tokoh peretas jejaring ulama nusantara.
“Hal ini yang harus terus direnungkan dan digali oleh generasi yang akan datang,” ungkap Katib Syuriyah PBNU itu.
Dihadapan ribuan peziarah, Kiai Luqman mengulas kembali tentang riwayat pendidikan KH Abdul Manan Dipomenggolo, yang diketahui pernah belajar di Universitas Al Azhar Mesir pada tahun 1850-an. KH Abdul Manan Dipomenggolo menjadi generasi pertama orang Indonesia yang belajar di Mesir.
“Yang menarik untuk direnungkan disini, bagaimana cara dan usaha KH Abdul Manan Dipomenggolo hingga dapat mengenyam pendidikan di Al Azhar Kairo Mesir. Padahal Waktu itu masih dalam masa penjajahan Kolonial belanda, bagaimana bisa seorang santri Pacitan, dari daerah yang sangat tertinggal dan jauh dari pusat peradaban, mampu belajar hingga ke Universitas tertua di dunia itu,” kata Koordinator Gerakan Ayo Mondok itu.
Kiai Luqman menambahkan, kalau bukan karena sesungguhan dan kegigihan KH Abdul Manan Dipomenggolo untuk membangun peradaban pesantren di Pacitan khususnya Indonesia, tidak mungkin KH Abdul Manan Dipomenggolo dapat belajar hingga ke luar negeri.
“Maka tidak bisa diragukan lagi keluasan ilmu yang telah diperoleh KH Abdul Manan Dipomenggolo. Sanad keilmuan yang dimiliki oleh KH Abdul Manan Dipomenggolo, kesemuanya bersambung hingga kepada Rasulullah SAW,” pungkasnya.
Dzikra Haul KH Abdul Manan Dipomenggolo berlangsung khidmat. Dihadiri oleh ribuan peziarah, yang terdiri dari para santri Pondok Tremas Pacitan dan Pesantren Al Fattah Kikil. Tampak hadir para Kiai, seperti KH Fuad Habib, KH Muhammad Habib, KH Burhanuddin HB, KH Rotal Amin, Gus Muhammad Demak, Wakil Bupati Pacitan Yudi Sumbogo, dan para alumni dari berbagai daerah.