Santri Diingatkan Pentingnya Memiliki Wawasan Keilmuan yang Luas

0
682

Pacitan- Gus Farkhi Asna mengatakan, santri pelajar indonesia adalah mereka yang mampu bersekolah dan juga mengkaji ilmu agama. seperti era sekarang ini banyak sekali pesantren yang tidak hanya menjanjikan hidup sederhana sebagai santri, namun juga hidup cerdas seperti para ilmuan.

“Biasanya santri itu tidak mau sekolah, hanya ngaji/mondok, sedangkan pelajar biasanya hanya sedekar berangkat pagi pulang sore untuk belajar di sekolahan tapi tidak mondok,” kata alumnus Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir itu.

Penegasan itu disampaikan dihadapan puluhan santri Pondok Pesantren (PP) Nahdlatussubban, Desa Arjowinangun, Kecamatan/Kabupaten Pacitan saat sarasehan bertajuk “Pendidikan Santri di Era Society 5.0” dalam rangka memeriahkan Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2022 pada Kamis (20/10/2022).

Lebih lanjut, Gus Asna menyampaikan saat ini sudah banyak yang dapat mengaji dan paham ilmu agama juga menguasai pengetahuan lainya. Hal itu berbanding jauh dengan yang hanya faham di satu bidang saja.

“Banyak yang bisa membenahi motor rusak, tapi tidak tahu nama lengkap Imam Syafi’i. Banyak yang tahu kitab Fathul Mu’in tapi tidak tahu segitga sama kaki. Oleh karenanya, santri pelajar ini perlu dilanjutkan dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan dari salah satu cita-cita NKRI,” imbuhnya.

Sementara, Ketua STKIP PGRI Pacitan, Dr. Mukodi menyampaikan pada zaman perkembangan ini banyak orang yang percaya akan kebohongan-kebohongan yang telah diciptakan untuk merusak persatuan.

“Seperti yang disampaikan di media sosial, ada oknum yang meragukan bahkan menyatakan bahwa ijazah Presiden RI ke 7, Bapak Ir. H. Joko Widodo palsu. Hal tersebut banyak juga yang percaya dan bahkan turut serta menyertai oknum tersebut dalam pergerakan untuk menggulingkan kepercayaan rakyat terhadap pimpinan tertinggi negara kesatuan republik indonesia ini,” katanya.

Ia menjelaskan, masyarakat tidak mau menelisik lebih dalam informasi yang muncul. Sehingga dapat mengakibatkan runtuhnya kepercayaan nasional yang mengakibatkan hancurnya suatu bangsa.

“Maka dari itu, kaum muda utamanya santri harus mampu menguasai ilmu pengetahuan agama dan informasi dan telekomunikasi guna dapat membendung aliran berita atau informasi yang tidak valid atau hoax,” jelasnya.

Redaktur : Zaenal Faizin