Jadi “Kiai Sebulan”, Santri Tremas Dakwah ke Desa

0
2800

Tremas- Selama bulan suci Ramadhan, Pondok Tremas Pacitan kembali menerjunkan 137 santri untuk berdakwah di tempat-tempat terpencil yang masih minus pengetahuan agamanya. Mereka akan menjadi Kiai selama satu bulan dengan melaksanakan tugas wajib program Dakwah Bilhal, dengan satu santri menempati satu masjid atau mushalla.

Menurut salah satu koordinator Dakwah,  Ustadz Ali Muhadaini, program ini diikuti oleh santri lulusan Madrasah Aliyah Salafiyah Mu’adalah yang baru diwisuda 7 Mei lalu.

“Para santri kita terjunkan ke tiap desa di seluruh wilayah Kecamatan di Pacitan dan beberapa daerah di Wonogiri seperti Giritontro, Ngadirojo, Pracimantoro, Paranggupito, Baturetno, Batuwarno, Jatisrono. Ada pula daerah Rongkop Gunung Kidul dan Karanganyar,” jelasnya, Jum’at (18/5).

Ustadz Ali mengatakan, program dakwah bilhal dimulai sejak tanggal 28 Sya’ban hingga tanggal 2 Syawwal 1439 H. Selama di tempat dakwah, para santri akan menjalankan tugas antara lain menjadi imam shalat lima waktu, tarawih, memberikan ceramah dan pengajian, mengajar TPQ, mengurus pelaksanaan zakat fitrah, menjadi khatib Idul Fitri dan bersosialisasi dengan masyarakat.

“Dengan berbekal keilmuan yang telah dimiliki, Insyaallah  mereka mampu mengemban tugas mulia  ini,” katanya.

Pesantren, kata dia, memiliki tugas mengajak masyarakat untuk menjalankan praktik keagamaan yang benar yang sesuai dengan ajaran Ahlusunnah wal Jamaah. Ini sesuai dengan karakter pesantren sebagai risalah rahmatan lil alamin.

Program wajib Dakwah Bilhal bagi lulusan Pondok Tremas telah dilakukan sejak awal tahun 2000. Melalui program dakwah bilhal ini para santri membawa dua buah misi dari Pondok Tremas, yaitu misi belajar bermasyarakat dan misi mengenalkan dunia pesantren kepada masyarakat luas.

Dakwah bilhal, tambah dia, bekerjasama dengan jajaran perangkat desa setempat serta Muspika di wilayah kecamatan. Tiap tahun sasaran dakwah terus mengalami perluasan. Hal ini seiring dengan kebutuhan dai di tengah-tengah masyarakat.

“Respon masyarakat terhadap program ini juga cukup besar. Terbukti kami sampai kualahan memenuhi permintaan dari masyarakat,” ujarnya.

Tantangan yang sering dihadapi santri dakwah bilhal  antara lain, mereka ditempatkan di sebuah desa yang letak geografisnya jauh dari keramaian, dan  kurangnya sarana transportasi serta komunikasi yang memadai, namun demikian mereka harus tetap siap menghadapinya.