Dari Wayang Beber, Santri Tremas Belajar Cara Dakwah para Wali

0
2587

Tremas– Santri Pondok Tremas dan masyarakat setempat  membanjiri pagelaran Wayang Beber yang dihelat di halaman Masjid Pondok Tremas Pacitan, Kamis(1/9) malam. Wayang beber digelar dalam rangka memberikan hiburan dan pembelajaran tentang budaya nusantara yang saat ini keberadaanya mulai terpinggirkan.

Hadir dalam pementasan Wayang Beber tersebut, Supani dalang Wayang Beber asal Donorojo Pacitan, Ganjar dalang kontemporer asal Malang, peminat sejarah Hafidz Ishaqro dari Madiun, seniman dari Yogyakarta, dan dua orang wanita bule.

Pengasuh KH Luqman Harits mengatakan, wayang beber merupakan sebuah pagelaran kesenian asli Pacitan. secara umum, wayang sering digunakan oleh para wali untuk menyampaikan pesan kebaikan melalui dakwah yang dilakukanya.

Kiai Luqman berharap, melalui pementasan wayang beber ini, para santri dapat mengambil hikmah yang terbaik dari cerita-cerita yang dibawakan oleh sang dalang.”Ambil yang terbaik dari kebudayaan asli Pacitan ini. Jadikan ini sebuah reverensi tentang bagaimana budaya dan agama itu bisa kita laksanakan bersama. Karena beragama itu juga berbudaya, keduanya tidak bisa dipisahkan,” jelas Katib Syuriyah PBNU itu.

Ganjar, dalang kontemporer asal Malang mengatakan, dinamakan wayang beber karena wayang ini berbentuk lembaran-lembaran (beberan) yang dibuat sedemikian rupa menjadi tokoh-tokoh dalam cerita pewayangan. Wayang beber diakuinya sebagai cikal bakal seni wayang yang muncul dan berkembang di pulau Jawa.

Pementasan wayang beber, katanya, berbeda dengan pementasan wayang kulit. Wayang beber dipentaskan dengan sederhana, tanpa diiringi oleh sinden. Durasi pementasan Wayang beber biasanya tidak lebih dari dua jam.

Wayang ini berisi gambar-gambar tokoh pewayangan yang dilukiskan pada selembar kain atau kertas, kemudian disusun adegan demi adegan berurutan sesuai dengan urutan cerita. Gambar-gambar ini dimainkan dengan cara dibeber.

Hafidz Ishaqro mengatakan, para wali diantaranya seperti Sunan Kalijaga pernah memodifikasi wayang beber ini  menjadi bentuk wayang kulit.  Wayang hasil modifikasi para wali kemudian yang digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam di pulau Jawa ini.“Pada saat itu wayang dikenal sebagai alat untuk berdakwah. Karena penyebaran agama islam di Indonesia berbeda dengan penyebaran islam di negara lain,” ujarnya.

Sementara itu, Supani, dalang wayang beber asal donorojo Pacitan menuturkan, wayang beber ini masih dirawat dengan baik oleh beberapa generasi secara turun-temurun. Menurut catatan sejarah, wayang beber dibuat pada tahun 1283. Wayang beber memuat banyak sekali cerita-cerita Panji, seperti kisah cinta Panji Asmoro Bangun dengan Dewi Sekartaji Putri Jenggolo.