Berahlak yang Baik Merupakan Ciri Khas Seorang Santri

0
3183

Tremas– Pengasuh Pondok Tremas Pacitan KH Fuad Habib Dimyathi mengatakan, dimanapun para santri berada, mereka diminta untuk tidak sekali-kali melepas identitasnya sebagai seorang santri dengan tetap mengedepankan sikap ahlakul karimah sebagai ciri khas seorang santri.

“Dimanapun kalian berada dan bagaimanapun kalian adalah seorang santri. Predikat santrimu ora pisan-pesan lepas karo nyowomu (predikat santrimu jangan sekali-kali lepas dari nyawamu). Predikat santri yang identik dengan berahlakul karimah tidak akan akan pernah lepas dari kepribadianmu,” demikian disampaikan oleh Kiai Fuad dalam acara Haflah Akhiruddirosah dan Wisuda Santri Kelas III MA Salafiyah Mu’adalah Pondok Tremas Pacitan, Jum’at (27/5) malam.

Kiai Fuad menyebut beberapa ciri khas seorang santri, diantaranya ketika berbicara dengan siapapun selalu berkata dengan sopan dan lemah lembut. Sikap sopan merupakan cermin jatidiri santri pesantren. Sebab tugas Rasulullah SAW diutus ke dunia adalah untuk menyempurnakan ahlak. Oleh karena itu para santri diminta untuk selalu meneladani jejak Rasulullah, diantaranya dengan selalu bertutur kata yang sopan dan bertingkah laku baik.

“Santri itu berbicara yang teduh, santri itu yang ngayomi, santri itu yang lemah lembut yang sejuk, yang damai,” tutur Kiai Fuad.

Lebih luas Kiai Fuad mencontohkan bagaimana Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Musa AS untuk berbicara yang baik kepada Fir’aun. Padahal Fir’aun adalah mahluk yang paling jelek di dunia. Saat terjun di tengah masyarakat kelak, para santri harus bisa bergaul dengan lingkungan sekitarnya dengan pergaulan yang baik.

“Para santri berkatalah yang lembut, berkatalah dengan sopan santun, yang menjadikan mereka (lawan bicara) tresno kepada kalian. Yang menjadikan mereka angkat topi kepada kalian, dan menjadikan kalian dihormati di kalangan msayarakat,” katanya.

Secara khusus, Kiai Fuad berpesan agar lulusan pondok Tremas ketika berada di rumah untuk  tetap teguh dalam mengikuti jejak para sesepuh terdahulu yang telah mengajarkan islam dengan cara dakwah yang moderat, santun dan tidak radikal. Islam model pesantren, menurutnya, yang paling cocok tumbuh di Indonesia.

“Kalian akan berada di rumah, kalian akan di masyarakat. Kalian bersikap yang baik, yang luwes bersikap yang islami ala model tremas. Islam model santri pondok tremas. Yang tidak kaku dan tidak membentak-bentak,” pungkas Kiai Fuad.

Haflah Akhiruddirosah Pondok Tremas Pacitan digelar sangat meriah. Sebanyak 180 santri Madrasah Aliyah Salafiyah Mu’adalah, yang terdiri dari 104 santri putra dan 76 santri Putri diwisuda pada acara ini. KH Dian Nafi’ dari Pesantren Mangkuyudan Solo hadir memberikan mauidhoh hasanah pada acara tersebut. Hingga prosesi wisuda berakhir pada pukul 02.30 dini hari.