Tanda-Tanda Turunnya Lailatul Qadar Menurut Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani

0
2176

PONDOKTREMAS.COM-Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang mulia dan hanya terjadi satu tahun sekali. Mengenai waktu tepatnya, tidak ada satupun orang yang mengetahuinya, karena Lailatul Qadar menjadi rahasia Allah Swt.

Lalu kapan datang turunnya Lailatul Qadar? Pertanyaan seperti ini pasti sering bermunculan diantara kita. Walaupun tidak menghilangkan kemungkinan bahwa sudah banyak juga yang mengetahui tanda-tanda datangnya Lailatul Qadar atau malam seribu bulan.  Hal ini sesuai dengan keterangan dari para ulama yang sudah menggali dan mencari informasi terkait tanda-tanda datangnya Lailatul Qadar.

Imam Ibnu Hajar Al Asqolani berkata,

وَقَدْ وَرَدَ لِلَيْلَةِ الْقَدْرِ عَلَامَاتٌ أَكْثَرُهَا لَا تَظْهَرُ إِلَّا بَعْدَ أَنْ تَمْضِ

“Ada beberapa dalil yang membicarakan tanda-tanda lailatul qadar, namun itu semua tidaklah nampak kecuali setelah malam tersebut berlalu.” (Fathul Bari, Juz 4, Hal: 260).

Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani merujuk dan bersandar pada sebuah hadits dari Ubay Ibi Ka’ab, ia berkata,

هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا

“Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadan). Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru.” (HR. Muslim nomor 762).

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء

“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.” (HR Ath Thoyalisi dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, lihat Jaami’ul Ahadits 18: 361.

Berikut beberapa tanda datangnya Lailatul Qadar:

Udara dan suasana pagi yang tenang

Salah satu tanda datangnya Lailatul Qadr adalah suasana pagi yang tenang pada keesokan harinya. Dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas, Nabi bersabda: ” Lailatul Qadr adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah.

Matahari cerah tapi tidak panas

Tanda lain datangnya Lailatul Qadr adalah sinar matahari yang bersinar cerah namun lemah, tidak panas, pada keesokan harinya. Ubay bin Ka’ab mengisahkan Nabi pernah bersabda: ” Keesokan hari malam Lailatul Qadr matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan.

Udara terasa tenang

Di dalam Alquran digambarkan bahwa Lailatul Qadr penuh ketenangan. Suasana Lailatul Qadr sangat berbeda dari malam-malam lain. Suasana lebih tenang, langit tidak berawan, udara sangat sejuk, tidak panas dan tidak dingin.

” Lailatul Qadr adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan).” (HR. at-Thobroni)

Bulan terlihat separuh

Dalam sebuah riwayat Abu Hurairah pernah berdiskusi dengan Nabi Muhammad tentang Lailatul Qadr. Dan Rasulullah bersabda: ” Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.

Hari ganjil

Dan tanda lain dari Lailatul Qadr adalah datang pada hari ganjil pada sepertiga terakhir bulan Ramadan. Sebuah hadis dari Aisyah menyebutkan: ” Rasulullah ShallAllahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dan beliau bersabda: ” Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan” ” (HR: Bukhari dan Muslim).

Jika demikian, maka tidak perlu mencari-cari tanda lailatul qadar karena kebanyakan tanda yang ada muncul setelah malam itu terjadi.

Yang mesti dilakukan adalah memperbanyak ibadah di sepuluh hari terakhir Ramadan, niscaya akan mendapati malam penuh kemuliaan tersebut.

Karena keseluruhan malam sepuluh hari terakhir bisa teranggap ganjil jika yang dijadikan standar perhitungan adalah dari awal dan akhir bulan Ramadan.

Jika dihitung dari awal bulan Ramadan, malam ke-21, 23 atau malam ganjil lainnya, maka sebagaimana yang kita hitung.

Jika dihitung dari Ramadan yang tersisa, maka bisa jadi malam genap itulah yang dikatakan ganjil. Dalam sebuah hadits yang lain dikatakan dengan lafazh,

الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى تَاسِعَةٍ تَبْقَى ، فِى سَابِعَةٍ تَبْقَى ، فِى خَامِسَةٍ تَبْقَى

“Carilah malam lailatul qadar di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan. Bisa jadi lailatul qadar ada pada sembilan hari yang tersisa, bisa jadi ada pada tujuh hari yang tersisa, bisa jadi pula pada lima hari yang tersisa.” (HR. Bukhari no. 2021).

Jika bulan Ramadan 30 hari, maka kalau menghitung sembilan malam yang tersisa, maka dimulai dari malam ke-22.

Jika tujuh malam yang tersisa, maka malam lailatul qadar terjadi pada malam ke-24.

Sedangkan lima malam yang tersisa, berarti lailatul qadar pada malam ke-26, dan seterusnya.

Semoga Allah meridhoi kita semua dan tetap bersemangat dalam ibadah di akhir-akhir Ramadhan ini dan semoga kita termasuk di antara hamba yang mendapat malam yang penuh kemuliaan, yakni Lailatul Qadar. (Yusuf Ar-Rifa’i)