Shalawat Arzaq; Sebuah Bekal dari Sayyid Thoyib Hasan Ba’bud (Abah Thoyib)

0
5371

Senja itu seorang santri bergegas untuk mengambil air wudhu di belakang masjid PIP. Tremas. Seusai salat maghrib berjamaah tidak seperti biasanya, yaitu tanpa memanjangkan bacaan dzikir dan wiridan. “Mau kemana kang?”, tanyaku yang masih polos kepada santri tersebut yang ternyata ia adalah santri senior yang duduk di bangku kelas III aliyah salafiyah atau biasa disebut kak “El-yamin”. Dengan singkat ia menjawab “mau sowan Abah”. Dengan agak terburu-buru ia segera meninggalkan masjid, tampak sekelebat jaz PHBI warna krem yang khas ia pakai sebagai kakak El-Yamin. El-Yamin adalah serapan bahasa Arab yang berarti “tangan kanan”. Konon kata El-Yamin mengingat perannya sebagai tangan kanan pondok.

Keesokan harinya, saya bertemu lagi dengan santri tersebut di makam gunung lembu. Kuperhatikan tangannya saat itu sedang memegang sebuah kertas yang bertuliskan doa entah solawat. Dengan penuh selidik aku mencoba bertanya, “mas, tangan sampean iku nyekel opo?” (mas, tangan kamu itu megang apa?). “Oh, ini ijazahan solawat dari Abah (Abah Thoyib)”. Pungkasnya.

Secara lazim, para santri setiap bakda shubuh dan ashar selalu merutinkan ziarah ke makam pendiri atau muassis dan masyayikh. Inilah yang menjadi ciri khas pondok pesantren Tremas. Siapapun yang sowan ke Tremas pasti tidak meninggalkan ziarah ke makam gunung lembu, yaitu tempat pesarean para pendahulu. Adapun setiap hari kamis atau jumat, ziarah dilakukan di pesarean semanten Pacitan, yakni makam pendiri Perguruan Islam Pondok Tremas KH. Abdul Manan yang terletak sekitar 7 (tujuh) km.

Ketika seorang santri menimba ilmu di pondok pesantren, yang terbenak di dalam sanubari adalah suatu hari nanti ia harus bisa bermanfaat bagi dirinya, nusa dan bangsa serta mendapatkan keberkahan dari ilmu yang dipelajari. Dengan belajar bersungguh-sungguh tentunya, juga yang tak kalah penting adalah sabar dan ikhlas. Karena mondok di pesantren itu ibarat “kawah candradhimuka” yaitu tempat untuk mempersiapkan diri dhohir bathin dan mencetak insan yang benar dan pintar sesuai dengan slogan Perguruan Islam Pondok (PIP). Tremas Pacitan.

Berikut adalah doa yang diberi nama “solawat arzaq” yang berarti “doa meminta rezeki”. Doa semacam ini biasanya diperoleh dengan ijazahan atau meminta izin untuk mengamalkan sesuatu kepada sang guru yang ahli dalam bidang tersebut. Semasa beliau masih hidup (Abah Thoyib almaghfurlah), para santri khususnya kelas III aliyah meminta wasilah berkah dengan tabaruk kepada beliau, baik berupa doa atau nasihat. Tak jarang para santri juga mengabdi kepada beliau. Inilah yang disebut dengan kehidupan santri yang tak lepas dari asrama, pondok dan kiai.

 

(Mbah Wo)