Rasulullah Tak Menggauli Istri-istri selama 10 Hari Terakhir Ramadhan

0
2482

Rasulullah ﷺ selama 10 malam hari terakhir di bulan Ramadhan selalu “mengencangkan gamisnya” sebagaimana diceritakan Aisyah radhiallahu anha dalam hadits berikut:

عن عائشة رضي الله عنها قالت كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر شد مئزره وأحيا ليله وأيقظ أهله

Artinya: Dari Aisyah radhiallahu anha, dikatakannya, “Nabi ﷺ ketika memasuki sepuluh hari terakhir ‘mengencangkan gamisnya’, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR al-Bukhari).

Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Fathul Bari bi Syarhi Shahihi al-Bukhari (Dar Thibah, 2005) Jilid 5, Cetakan I, hal. 473, menjelaskan bahwa yang dimaksud “mengencangkan gamisnya” adalah memisahkan diri dari istri-istri beliau sebagaimana kutipan berikut:

ـ (شد مئزره) اي اعتزل النساء

Artinya: “Mengencangkan gamisnya” artinya adalah memisahkan diri dari istri-istri beliau (tidak menggauli mereka).

Lalu apa yang beliau lakukan di malam-malam itu?

Berdasarkan pada hadits di atas, hal-hal yang beliau lakukan selama malam-malam 10 hari terkahir di bulan Ramadhan adalah menghidupkan malam-malam itu dengan memperbanyak ibadah kepada Allah SWT, khusunya i’tikaf guna menyambut datangnya laitul qadar. Hal ini sebagaimana diceritakan Aisyah radliyallahu anha dalam hadits berikut:

عن عائشة رضي الله عنها زوج النبي صلى الله عليه وسلم أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يعتكف العشر الأواخر من رمضان حتى توفاه الله ثم اعتكف أزواجه من بعده

Artinya: Dari Aisyah radhiallahu anha – istri Nabiﷺ,“Sesungguhnya Rasulullah ﷺ melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian istri-istri beliau juga beri’tikaf setelah beliau wafat.” (HR Bukhari).

Selain itu beliau juga membangunkan anggota keluarga beliau di tengah malam guna menghidupkan malam-malam itu dengan shalat malam, dan setelah Rasulullah wafat para istri beliau melanjutkan kebiasan i’tikaf beliau.

Memang orang yang tidur saja di malam hari selama 10 hari terakhir di bulan Ramadhan tidak bisa disebut menghidupkan malam-malam itu. Hal ini juga berarti mereka tidak menyambut lailatul qadar yang nilai kebaikannya lebih dari 1.000 bulan itu.

Sumber :NU Online