Potret Hubungan Indonesia-Mesir ; Profil KH.Abdul Manan Dipomenggolo (1)

0
1999
rUWAK

Mesir : Mesir, Salah satu negara yang kaya akan peradaban islamnya tengah bergejolak, jutaan mata didunia memandang kearahnya, mesir menjadi Pusat perhatian dunia. Tapi siapa sangka dari dalam  negara yang sedang bergejolak terdapat cerita lain tentang keagungan salah satu universitas tertua didunia, Universitas Al-Qur’an Azhar.

Berbicara tentang Universitas Al-Azhar, maka kita akan menemukan catatan-catatan penting tentang beberapa mahasiswa asal Nusantara yang dahulu pernah belajar disana. Sebut saja salah satunya adalah pendiri Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan, Simbah KH. Abdul Manan.

Tulisan ini akan mengulas catatan  dimana KH. Abdul Manan pernah belajar di Universtas Al Azhar Kairo Mesir. Tulisan ini didapatkan dari salah seorang alumni Tremas asal Wonosobo Jawa Tengah yang saat ini tengah kuliah di al azhar dan telah bekerja di Kedubes RI di Kairo.

Potret  hubungan antara  Indonesia dengan Mesir  ternyata sudah berjalan  lama, sekitar  abad ke -7,Wiliam James Perry ( 1868-1949 ) Dan Eliot menyebutkan, hubungan  yang telah terjalin lama antara kedua bangsa, terlihat adanya persamaan dan kesamaan budaya.

Buku
Inilah dokumen resmi Tentang KH. Abdul Manan Dari KBRI di Mesir

 

Dalam buku Jauh dimata Dekat dihati Potret Hubungan Indonesia – Mesir terbitan   KBRI Cairo 2010, di sebutkan  bahwa Pada tahun 1860-an di Mesir telah di jumpai komunitas warga  Indonesia .Terbukti dengan keberadaan Riwaq Jawa ( komunitas)  di  mesjid Azhar sebagai  mana di tulis oleh  Alfred  Von Kremer dalam bukunya ,aegypten pada tahun 1863.

Komunitas pertama orang Indonesia di Mesir adalah  KH.Abdul Manan Dipomenggolo Pendiri Pertama Pondok Tremas, hal itu terbukti dengan adanya Ruwak ( hunian ) yang bernama Ruwak Jawi, di masjid Al-azhar, di masjid ini ada  4 Ruwak yang masih ada, Ruwak Jawi, Ruwak Atrak ( turki), Ruwak Syami  (suria) dan Ruwak  Maghorobah (Maroko), beliau di Mesir sekitar tahun 1850 M, selama di Mesir beliau bertemu dengan  Grand Syeikh (Jabatan di atas Rektor) Ibrahim Al Bajuri, yaitu Grand Syeikh ke 19,  jadi wajar saja kalau tahun1860 an di Indonesia  sudah ditemukan kitab Fath al-Mubin syarah dari kitab Umm al-Barahin yang merupakan kitab karangan Grand Syeikh  Ibrahim Bajuri.  (keterangan ini di ambil pada buku karangan Martin Van Bruinessen, seorang Orientalis yang lahir di  Schoonhoven, Utrecht,Belanda).

Dapat di bilang Mbah Abdul Manan adalah Ulama yang membuka hubungan Mesir dalam  hal ini dengan Al Azhar karena beliau hidup dizaman awal abad 19 dan beliau juga pernah belajar pada ulama besar Jawa di kala itu yaitu Ki Ageng Bagus Hasan Besari dari Tegalsari Ponorogo, sehingga setelahg beliau munculah beberapa orang Nusantara ini menuju Al Azhar, paska perang Diponegoro dan perang Paderi seperti Syekh Thahir Jalaluddin, Syekh Djamil Djambek, Abdul Karim Amrullah dan sebagainya.

Mbah Adul Manan Dipomenggolo adalah kakek Syekh Mahfudz At Tarmasie seorang ulama besar Nusantara dan guru para ulama Indonesia, Malaysia, dan Thailand yang pernah menjadi imam Masjidil Haram dan  pemegang sanad Shoheh Bukhori Muslim.

Bersambung…