Hadits Nabi dalam Kebiasaan Unik Santri Tremas

0
2659

Imtihan (ujian) cawu pertama Madrasah Salafiyah telah usai beberapa hari lalu, tepatnya Ahad (14/10). Banyak cerita unik yang terakam selama imtihan berlangsung. Siapa sangka kegiatan imtihan di Pondok Tremas justru menyisakan banyak kesan yang tidak berujung untuk diulik.

Salah satunya kebiasan-kebiasan santri yang sudah menjadi budaya sejak puluhan tahun lalu. Mulai dari cukuran bareng, join seragam, acara tambal menambal kitab dan sebagainya. Redaksi Soko Pena berhasil merekam kebiasan unik santri kala imtihan berlangsung.

Join seragam. Banyak santri yang ketika imtihan tidak memiliki seragam sekolah. Hal ini bukan dikarenakan tidak mampu untuk membeli yang baru, namun kadang seragam mereka raib entah kemana, bisa dipinjam teman atau hilang.

Beberapa santri yang kebagian jadwal imtihan pagi, misalnya, dengan suka rela meminjamkan seragamnya, mulai dari celana, baju, peci, sepatu, dan bahkan bolpoint, kepada santri yang kebagian jadwal imtihan pada sore hari.

Bukan pesantren salaf namanya, bila tidak ada tradisi pinjam-meminjam antara satu dengan lainya. Hal ini secara tidak langsung mengajarkan arti tolong-menolong, gotong-royong, saling melindungi dan kebersamaan yang full time.

Dan ternyata, beberapa kebiasan santri tersebut tidak bertentangan dengan hadits nabi SAW. Sebagai contoh, hidup bersama, berbagi, dan solid. Terdapat dalam kitab Al-Lu’lu’ wal marjan, hadits ke 1671 yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori Muslim.

“Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir, Nabi bersabda : Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalm hal saling mengasihi, mencintai, dan mencintai bagaikan satu tubuh . Apabila ada satu satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuh yang lain ikut merasakanya. (HR Bukhorii dan Muslim).

Selain kebiasan unik waktu imtihan, para santri juga memiliki kebiasan unik lain. Lebih mengutamakan makan daripada shalat. Lho bukankan ini kebiasan yang buruk? Tunggu dulu kita lihat alur ceritanya.

Suatu malam disaat akan diadakan shalat berjamaah di asrama, tanpa diduga datang seorang wali santri yang hendak mengunjungi anaknya. Untuk menghormati kedatangan tamu, seketika itupula shalat jamaah urung dilakukan. Para santri justru mengerubungi wali santri tersebut. Usut punya usut ternyata wali santri tersebut membawa nasi lengkap dengan lauk pauknya. Dan tanpa babibu, nasi itupun menjadi santapan para santri.

Dalam kitab yang sama, kitab Al-Lu’lu’ wal marjan, tepatnya hadits ke 327, Anas bin Malik meriwayatkan dari Nabi SAW. Beliau bersabda : Jika makan malam telah tersedia, dan iqamat dikumandangkan, maka dahulukanlah makan malam. (HR Bukhori Muslim).

Lagi, kebiasan makan bersama walaupun sedikit.

Penulis mempunyai seorang kawan yang gemar melakukan puasa. Yang begitu menyentuh hati, dia tidak pernah makan sendiri, walaupun saat berbuka atau makan sahur. Meskipun dia makan dengan nasi bungkusan dari pajegan atau tempat kost makan.

Dan ternyata kawan penulis mengenal sebuah hadits dalam kitab Al-Lu’lu’ wal marjan, hadits ke 1333. Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda: makanan untuk dua orang cukup untuk tiga orang, dan makanan untuk tiga orang cukup untuk empat orang. (HR. Bukhori Muslim).

Lagi, di pesantren khususnya pesantren salah, para santri terkenal akan kesederhanaanya. salah satu ciri kepribadian santri ialah berpakaian yang sederhana dan berprilaku merendah diri atau tawadhu’.

Para santri selalu berpegangan dengan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah dari Abu Burdah, ia berkata : Aisyah pernah mengeluarkan pakaian dan kain sarung yang kasar, lalu berkata: Ruh nabi Muhammad SAW diambil (nabi wafat) ketika beliau mengenakan dua kain ini (HR Bukhori Muslim).

Sementara itu, soal perilaku merendah diri atau tawadhu’, para santri juga berpegangan dengan hadits nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Nabi SAW bersabda: Ketika seorang lelaki berjalan dengan mengenakan jubah dan berjalan dengan sombong, maka ia akan ditelan (oleh bumi) dan akan diguncang-guncang (di dalam perut bumi) hingga datang hari kiamat (HR Bukhori Muslim).

Ini adalah sedikit kebiasan santri yang berhasil direkam. Kebiasan itu penulis rasa tidak bertentangan dengan hadits nabi. Dan yang mereka lakukan dan praktekkan itu ternyata tidak jauh-jauh dari sunnah nabi.

( M. Maksum)